Sabtu, 17 Desember 2011

Budayawan Dan Sastrawan Angkatan 45

Budayawan Dan Sastrawan Angkatan 45,Mh Rustandi Kartakusuma
yang akrab di panggil Uyus,meninggal dunia dalam usia 87 th,
jum'at 11 april 2008 pukul 06.15 WIB di panti jompo Ria
pembangunan,cibubur,pria kelahiran ciamis,jawa barat,20 juli
1921,itu tidak menikah sampai akhir hayatnya,pada masa mudanya,
dia di kenal sebagai sastrawan yang produktif,di makamkan jumat
siang 11/4 di Tempat Pemakaman Umum Pondok Rangon,Cibubur.

Uyus pernah mengajar di Yale univercity dan harvard
Univercity,Amerika Serikat.juga pernah memberikan
kuliah di massachusetts institute technology atas
undangan sitichting voor culturele samenwerking.sempat
setahun tinggal di belanda dan belajar musik di
Muziekliceum,Amsterdam.

Pada masa tuanya,sejak 13 November 1996,Uyus  tinggal di panti jopo setelah
sebelumnya menumpang di rumah kakaknya di kebon sayur,jakarta 2004
Presiden Megawati Soekarno Putri ia menganugerahkan penghargaan satya lencana
kebudayaan atas jasanya mengembangkan kesusastraan dan kebudayaan sunda.
yayasan kebudayaan Rancage Ajip Rosidi juga menganugerahkan penghargaan
sastra Rancage atas cerpenya.


               Rustandi Kartakusuma
Sastrawan yang sempat berpolemik dengan St Takdir Alisjahbana ini, lahir di
Ciamis,Jawa Barat 20 juli 1921,berlatar belakang pendidikan Sekolah Desa
kemudian pindah HIS kristen,HBS bagian B di Bandung (1941).pada zaman jepang
Masuk Sekolah Guru Tinggi di Jakarta,setelah tamat sempat menjadi Guru SMP di
Garut,tapi setahun kemudian kembali ke Jakarta untuk belajar di sekolah tinggi islam
dan Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

Akhir dasawarsa 1940-an,sajak dan esai esainya mulai tampil d majalah majalah
terkemuka di Indonesia saat itu,sdeperti Pudjangga Baru Mimbar Indonesia,
Zenith dll.dengan karyanya kumpulan sajak Prabu dan Puteri terbit (1950)
di susul dengan Rekaman dari Tujuh Daerah (1951)

Tahun 1951.Mendapat tawaran mengajar bahasa indonesia di Yale Univercity,
Amerika Serikat,setelah setahun dia mendapat tawaran untuk memberikan kuliah
musim panas di Harvard Univercyti dan MIT (Massachuset Institute of Technology),
Amerika Serikat.Mendapat undangan dari Sticussa (stichting voor culture Samenwerking)
untuk berkunjung Belanda selama setahun,dari sana ia pergi ke Belgia dan Spanyol
selama setahun,kemudian ke jerman untuk beberapa bulan,lalu akhirnya ke Paris
dan sempat menjadi Karyawan di KBRI.

Sekembalinya dari perjalanan,yang memakan waktu kurang lebih lima tahun itu.
Rustandi yang melihat sendiri kebudayaan barat di pusat pusatnya,berpendapat bahwa,seakan akan bangsanya mengikuti anjuran St.Takdir Alisjahbana hendak menghirup roh kebudayaan barat,
namun di lihatnya yang sebenarnya di anggap kebudayaan barat itu
hanyalah kebudayaan Belanda yang di barat sendiri tidak di pandang tinggi.
pandangan itu lalu di tunangkan dalam esai panjang yang berjudul Internasionalisasi Ciliwung''
yang di muat dalam Majalah siasat yang bersambung.

Banyak yang di kemukakan Rustandi masa itu,yang kesemua berhubungan dengan kebbudayaan Nasional.
Menurut pendapat Rustandi dalam kebudayaan Nasional Indonesia,terdapat dua aliran.
aliran St Takdir Alisjahbana yang mutlak berkiblat ke barat.yang lain,aliaran Sanusi Pane,yang menganggap kebudayaan Nasional Indonesia itu harus merupakan paduan dari Arjuna (Timur) dengan Doktor Faustus (Barat).

Tahun 1956 ia di minta memberikan pra saran dalam kongres Pemuda Sunda tentang kebudayaan.
Sejak itu minatnya terhadap kebudayaan daerah semakin berkembang.tahun 1963,mulai menulis cerita pendek dalam bahasa Sunda,dan kemudian setelah menjadi pemimpin redaksi Majalah Mangle (1964),diapun menulis roman yang di muat secara bersambung,di samping kritik dan esai,dalam masa itu pulalah,ia banyak membimbing para pengarang muda yang banyak menulis dalam bahasa Sunda,di antaranya AAM Amalia,Ningrum Julaeha,Adang S.dll.Setelah berhenti dari Mangle,Rustandi menjadi redaktur Majalah Gondewa.pada waktu memimpin Gonddewa iapun banyak membimbing para pengarang yang lebih muda
di antaranya Edi D.iskandar,Kholisoh M.E,dll.

Pada masa demokrasi terpimpin,Rustandi masuk organisasi LKN (Lembaga Kebudayaan Nasional) bahkan sempat menjadi ketua IV tingkat Nasional,selain tentang sastra ,iapun mendalami musik dan film.belajar musik ia lakoni ketika berada di belanda di Muzieklyceum di Amsterdam Belanda (1952-1953).dalam dunia filmpun ia banyak menulis skenario film Lagu Kian Menjauh.walaupun tidak pernah di buat filmnya.Pada festifal Film Medan,1974 Rustandi menjadi pemenang Sayembara Penulis Kritik Film Nasional.

Tahun 1960,dalam kongres kebudayaan yang di swlanggarakan BMKN di Bandung,Rustandi menolak hadiah Sastra Nasional yang di berikan kepadanya,untuk dramanya Kembang Merah yang Merah Semua (1958). pada tahun 1991,Majalah Mangle membuat nomor khusus untuk menghormati Rustandi yang genap berusia 70 tahun.tahun 1992,menerima Hadiah Rancage karena jasanya telah membimbing pengarang dalam bahasa Sunda yang kemudian jadi para pengarang andalan dalam bahasa Sunda,di tahun 2004,mendapat penghargaan Satya Lencana Kebudayaan dari Persiden RI,Megawati Soekarno Putri dalam jasanya mengembangkan kesusastraan dan kebudayaan Sunda.










0 komentar:

Posting Komentar