Selasa, 06 Mei 2014

Rita Sugiarto-Oleh-oleh

Ha..ha..ha..ha...

Berangkatlah sayang
Hati-hati di jalan
Doa kusertakan
Mohon kepada tuhan

Semoga tiada aral merintang
Macam-maam godaannya setan
Restu cintaku untukmu..
Ooh pujaan..

Berangkatlah sayang
Hati-hati di jalan..


reff

Ku tidak minta oleh-oleh
Emas permata dan juga uang..
Tapi nan kuharap engkau pulang
Tetap membawa kesetiaan..

Dirimu bagaikan layang-layang
Kulepas tali benang ku genggam..
Semakin melayang dan di awan
Semakin aku takut kehilangan..


Cipt: Anang Suwito


continue reading

Rabu, 05 September 2012

Retak Seribu

Kau..ketika di tinggal pergi..
Kala berputiknya cinta
Mampu tersenyum
Melindung sepi

Teguhnya cintamu di sana
Menanti sepenuh hati
Menjunjung kasih
Teguh bersemi

Kini ku kembali
Tanpa cahaya kasih
Tiada apa yang dapat ku beri
Kumungkiri kata sumpah janji

Cintaku menghitam warna
Mengeruhkan segala
Setia di hatimu
Semakin menghilang

Lontarkan kepadaku
Segala kebencian
Akan aku terima
Karena mendustai cinta

Di sana kau masih berdiri
Berlinang air matamu
Membasahi hati
Yang retak seribu.

continue reading

Kamis, 29 Desember 2011

Aku Masih Ingin Bersamamu

Ku masih ingin melihat sinar mentari itu bersamamu
Ku masih ingin menatap indahnya rembulan itu bersamamu
Ku masih ingin merasakan rintik hujan bersamamu
Ku masih ingin terpaan angin bersamamu
Ku masih ingin bernyanyi bersamamu
Ku masih ingin mencari kupu-kupu bersamamu
Dan ku masih ingin memanggil namamu dan kau panggil namaku,

Begitu banyak rintangan dan kendala yang kita hadapi selama ini
Seakan menguji kekuatan dan perasaan untuk saling menjaga
Begitu banyak kepahitan yang kita rasakan di siang dan malam kita
ooh kasihku..semoga di hari ulang tahunmu ini,kita kan menjadikan awal baru
intuk saling introspeksi diri,dan kita jadikan awal dalam menjalani hari-hari yang lebih baek dan lebih indah,

Aku tau kau sakit tanpaku
Dan akupun merasakan lemah tanpamu
Dalam darahku mengalir aliran darahmu
Dan dalam dadamu ter simpan desah nafasku

Kau lah jiwaku dan aku lah jasadmu
Dimana kau kan mersakan di situ pula aku jua merasakan

Sayangku..?
Ku haturkan sembah maaf kepadamu
Karena akulah sering kau rasakan sakit
Karena akulah kau kadang menahan pedih
Karena akulah kadang kau terisak pilu

Sayangku..?
Aku tak mau kehilangan kenangan indah itu
Aku tak mau membohongi dan menterlantarkan kerinduan kita
Aku kan selalu menghimpun kekuatan jalinan perasaan kita
Sampai apapun yang bakal merubah perjalanan kita,

Ku hanya mampu berdoa dan menjalani yang ada,
Mengertilah tentangku sayang,
Ku jua kan selalu mengerti tentangmu.


29-12-2011
ibaliano noveembra

continue reading

Sabtu, 17 Desember 2011

Budayawan Dan Sastrawan Angkatan 45

Budayawan Dan Sastrawan Angkatan 45,Mh Rustandi Kartakusuma
yang akrab di panggil Uyus,meninggal dunia dalam usia 87 th,
jum'at 11 april 2008 pukul 06.15 WIB di panti jompo Ria
pembangunan,cibubur,pria kelahiran ciamis,jawa barat,20 juli
1921,itu tidak menikah sampai akhir hayatnya,pada masa mudanya,
dia di kenal sebagai sastrawan yang produktif,di makamkan jumat
siang 11/4 di Tempat Pemakaman Umum Pondok Rangon,Cibubur.

Uyus pernah mengajar di Yale univercity dan harvard
Univercity,Amerika Serikat.juga pernah memberikan
kuliah di massachusetts institute technology atas
undangan sitichting voor culturele samenwerking.sempat
setahun tinggal di belanda dan belajar musik di
Muziekliceum,Amsterdam.

Pada masa tuanya,sejak 13 November 1996,Uyus  tinggal di panti jopo setelah
sebelumnya menumpang di rumah kakaknya di kebon sayur,jakarta 2004
Presiden Megawati Soekarno Putri ia menganugerahkan penghargaan satya lencana
kebudayaan atas jasanya mengembangkan kesusastraan dan kebudayaan sunda.
yayasan kebudayaan Rancage Ajip Rosidi juga menganugerahkan penghargaan
sastra Rancage atas cerpenya.


               Rustandi Kartakusuma
Sastrawan yang sempat berpolemik dengan St Takdir Alisjahbana ini, lahir di
Ciamis,Jawa Barat 20 juli 1921,berlatar belakang pendidikan Sekolah Desa
kemudian pindah HIS kristen,HBS bagian B di Bandung (1941).pada zaman jepang
Masuk Sekolah Guru Tinggi di Jakarta,setelah tamat sempat menjadi Guru SMP di
Garut,tapi setahun kemudian kembali ke Jakarta untuk belajar di sekolah tinggi islam
dan Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

Akhir dasawarsa 1940-an,sajak dan esai esainya mulai tampil d majalah majalah
terkemuka di Indonesia saat itu,sdeperti Pudjangga Baru Mimbar Indonesia,
Zenith dll.dengan karyanya kumpulan sajak Prabu dan Puteri terbit (1950)
di susul dengan Rekaman dari Tujuh Daerah (1951)

Tahun 1951.Mendapat tawaran mengajar bahasa indonesia di Yale Univercity,
Amerika Serikat,setelah setahun dia mendapat tawaran untuk memberikan kuliah
musim panas di Harvard Univercyti dan MIT (Massachuset Institute of Technology),
Amerika Serikat.Mendapat undangan dari Sticussa (stichting voor culture Samenwerking)
untuk berkunjung Belanda selama setahun,dari sana ia pergi ke Belgia dan Spanyol
selama setahun,kemudian ke jerman untuk beberapa bulan,lalu akhirnya ke Paris
dan sempat menjadi Karyawan di KBRI.

Sekembalinya dari perjalanan,yang memakan waktu kurang lebih lima tahun itu.
Rustandi yang melihat sendiri kebudayaan barat di pusat pusatnya,berpendapat bahwa,seakan akan bangsanya mengikuti anjuran St.Takdir Alisjahbana hendak menghirup roh kebudayaan barat,
namun di lihatnya yang sebenarnya di anggap kebudayaan barat itu
hanyalah kebudayaan Belanda yang di barat sendiri tidak di pandang tinggi.
pandangan itu lalu di tunangkan dalam esai panjang yang berjudul Internasionalisasi Ciliwung''
yang di muat dalam Majalah siasat yang bersambung.

Banyak yang di kemukakan Rustandi masa itu,yang kesemua berhubungan dengan kebbudayaan Nasional.
Menurut pendapat Rustandi dalam kebudayaan Nasional Indonesia,terdapat dua aliran.
aliran St Takdir Alisjahbana yang mutlak berkiblat ke barat.yang lain,aliaran Sanusi Pane,yang menganggap kebudayaan Nasional Indonesia itu harus merupakan paduan dari Arjuna (Timur) dengan Doktor Faustus (Barat).

Tahun 1956 ia di minta memberikan pra saran dalam kongres Pemuda Sunda tentang kebudayaan.
Sejak itu minatnya terhadap kebudayaan daerah semakin berkembang.tahun 1963,mulai menulis cerita pendek dalam bahasa Sunda,dan kemudian setelah menjadi pemimpin redaksi Majalah Mangle (1964),diapun menulis roman yang di muat secara bersambung,di samping kritik dan esai,dalam masa itu pulalah,ia banyak membimbing para pengarang muda yang banyak menulis dalam bahasa Sunda,di antaranya AAM Amalia,Ningrum Julaeha,Adang S.dll.Setelah berhenti dari Mangle,Rustandi menjadi redaktur Majalah Gondewa.pada waktu memimpin Gonddewa iapun banyak membimbing para pengarang yang lebih muda
di antaranya Edi D.iskandar,Kholisoh M.E,dll.

Pada masa demokrasi terpimpin,Rustandi masuk organisasi LKN (Lembaga Kebudayaan Nasional) bahkan sempat menjadi ketua IV tingkat Nasional,selain tentang sastra ,iapun mendalami musik dan film.belajar musik ia lakoni ketika berada di belanda di Muzieklyceum di Amsterdam Belanda (1952-1953).dalam dunia filmpun ia banyak menulis skenario film Lagu Kian Menjauh.walaupun tidak pernah di buat filmnya.Pada festifal Film Medan,1974 Rustandi menjadi pemenang Sayembara Penulis Kritik Film Nasional.

Tahun 1960,dalam kongres kebudayaan yang di swlanggarakan BMKN di Bandung,Rustandi menolak hadiah Sastra Nasional yang di berikan kepadanya,untuk dramanya Kembang Merah yang Merah Semua (1958). pada tahun 1991,Majalah Mangle membuat nomor khusus untuk menghormati Rustandi yang genap berusia 70 tahun.tahun 1992,menerima Hadiah Rancage karena jasanya telah membimbing pengarang dalam bahasa Sunda yang kemudian jadi para pengarang andalan dalam bahasa Sunda,di tahun 2004,mendapat penghargaan Satya Lencana Kebudayaan dari Persiden RI,Megawati Soekarno Putri dalam jasanya mengembangkan kesusastraan dan kebudayaan Sunda.










continue reading

Sastra Angkatan 45 (1942-1966)


1. Latar Belakang
Mungkin sebagian Anda bertanya mengapa tidak dipakai Pujangga Angkatan ’42 untuk menyebut angkatan sastra ini. Alasannya karena golongan ini diberi nama kemudian, yaitu setelah proklamasi kemerdekaan. Usul Rosihan Anwar untuk nama angkatan periode ini adalah Pujangga Angkatan ’45 yang segera mendapat dukungan publik opini, meskipun beberapa kritikus mengkritknya dengan keras. Nama sebelumnya disebut Pujangga Gelanggang, karena mereka menulis dalam rubrik majalah Siasat yang diberi nama rubrik Gelanggang.
Latar belakangnya kita ikhtisarkan sebagai berikut.
  1. Pujangga Angkatan ’45 lahir dan tumbuh di saat revolusi kemerdekaan. Jiwa nasionalisme telah mendarah daging, karena itu suaranya lantang dan keras.
  2. Di zaman Jepang muncul sajak berjudul 1943 dari Chairil Anwar, prosa Radio Masyarakat dari Idrus, dan drama Citra dari Usmar Ismail.
  3. Pada tanggal 29 November 1946 di Jakarta didirikan Gelanggang oleh Chairil Anwar, Asrul Sani,Baharudin, dan Henk Ngantung. Anggaran Dasarnya berbunyi:
Generasi Gelanggang terlahir dari pergolakan roh dan pikiran kita, yang sedang menciptakan manusia Indonesia yang hidup. Generasi yang harus mempertanggungjawabkan dengan sesungguhnya penjadian dari bangsa kita. Kita hendak melepaskan diri dari susunan lama yang telah mengakibatkan masyarakat lapuk dan kita berani menantang pandangan, sifat, dan anasir lama untuk menyalakan bara kekuatan baru.
  1. Orientasi Pujangga Angkatan ’45 masih ke Barat, namun dalam penyerapan kebudayaan Baratnya ini mengalami pemasakan dalam jiwa, sehingga lahir bentuk baru. Karena itu, plagiat Chairil Anwar atas karya Archibald Mac Leish yang berjudul The Young Dead Soldiers tidak kelihatan, yang menjelma menjadi sajak Krawang—Bekasi. Namun pula di samping itu Chairil Anwar juga banyak berjasa dalam memodernisasi kesusastraan Indonesia, dalam penjiwaannya yang menjulang tajam.
  2. Setelah Chairil Anwar meninggal (Jakarta, 28 April 1949, dikuburkan di Karet), Surat Kepercayaan Gelanggang baru diumumkan dalam warta sepekan SIASAT tanggal 23 Oktober 1950. dokumen inilah yang dijadikan tempat berpaling untuk dasar segala konsepsi nilai hidup dan seni dari Angkatan ’45.
2. Karakteristik Karya Sastra Angkatan ‘45
a. Revolusioner dalam bentuk dan isi. Membuang tradisi lama dan menciptakan bentuk baru sesuai dengan getaran sukmanya yang merdeka.
b. Mengutamakan isi dalam pencapaian tujuan yang nyata. Karena itu bahasanya pendek, terpilih, padat berbobot. Dalam proses mencari dan menemukan hakikat hidup. Seni adalah sebagai sarana untuk menopang manusia dan dunia yang sedalam-dalamnya.
c. Ekspresionis, mengutamakan ekspresi yang jernih.
d. Individualis, lebih mengutamakan cara-cara pribadi.
e. Humanisme universal, bersifat kemanusiaan umum. Indonesia dibawa dalam perjuangan keadilan dunia.
f. Tidak terikat oleh konvesi masyarakat yang penting adalah melakukan segala percobaan dengan kehidupan dalam mencapai nilai kemansiaan dan perdamaian dunia.
g. Tema yang dibicarakan: humanisme, sahala (martabat manusia), penderitaan rakyat, moral, keganasan perang dengan keroncongnya perut lapar.
3. Peristiwa-Peristiwa Penting Yang Terjadi
a. Penjajahan Jepang (1942—1945)
b. Proklamasi kemerdekaan (17 Agustus 1945)
c. Agresi Militer Belanda I dan II (21 Juli 1949 dan 18 Desember 1948)
d. Penyerahan kedaulatan RI (12 Desember 1949)
e. Gebrakan Chairil Anwar dengan bahasa puisinya yang pendek, padat, berbobot, dan bernas dan struktur puisinya yang menyimpang dari pola sastra sebelumnya.
f. Diumumkannya Surat Kepercayaan Gelanggang pada 23 Oktober 1950.
4. Sastrawan-Sastrawan Angkatan ‘45
Di bawah ini beberapa sastrawan angkatan ’45 beserta karyanya.
a. Chairil Anwar (Kerikil Tajam dan Yang Terempas dan Yang Putus [1949], Deru Campur Debu [1949], dll.)
b. Idrus (Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma [1948], Aki [1949], dll.)
c. Pramoedya Ananta Toer (Cerita dari Blora [1963], Keluarga Gerilya [1951], dll.)
d. Mochtar Lubis (Tidak Ada Esok [1982], Harimau! Harimau!, dll.)
e. Utuy Tatang Sontani (Suling [1948], dll.)
f. Achdiat K. Mihardja (Atheis [1958], dll.), dll.
Selain sastrawan yang disebutkan di atas, masih banyak lagi sastrawan Angkatan ’45 yang belum disebutkan.
5. Relevansi Antara Sastra Angkatan ’45 Dengan Kehidupan Saat Ini
Pada masa kehidupan sastra angkatan ’45, kita ketahui berbagai macam peristiwa terjadi. Hal ini menjadi nilai positif bagi sastrawan untuk berkarya secara bebas dan maksimal. Namun, karya-karya dan peristiwa-peristiwa yang dialami mereka tidak selesai sampai di situ saja karena ada kesamaan antara sastra Angkatan ’45 dengan kehidupan kita saat ini, antara lain sebagai berikut.
a. Pada masa angkatan ’45, Chairil Anwar—si binatang jalang—walaupun melakukan suatu gebrakan dengan bahasanya yang singkat tetapi bernas itu telah melakukan beberapa kebohongan yang membuatnya dicap sebagai plagiator. ia menjiplak puisi The Young Dead Soldiers Archibald Mac Leish dengan menggantinya dengan nama Krawang—Bekasi.
Dalam kehidupan kita saat ini, penjiplakan-penjiplakan karya seperti ini sering terjadi. Salah satu contoh perseteruan antara Ahmad Dhani (Dewa) dengan Yudhistira A.M.N. akibat penjipakan yang dilakukan Dhani terhadap karya Yudhistira, Arjuna Mencari Cinta.
b. Novel Harimau! Harimau! karya Mochtar Lubis yang mengisahkan tentang kebobrokan seorang pemimpin yang dalam karya itu diperankan oleh tokoh antagonis, Wak Katok. Wak Katok dalam karya Mochtar Lubis tersebut diceritakan sebagai pemimpin yang merupakan dukun yang ahli membuat jimat dan juga seorang yang ksatria dan sakti. Namun, pada akhir cerita, kebenaran bahwa Wak Katok adalah seorang dukun sakti tak terbukti. Ini mengindikasikan kebohongan yang dilakukan Wak Katok karena telah menipu masyarakat dengan ceritanya yang telah membunuh tiga ekor harimau hutan. Bahkan Wak Katok sendiri harus rela dibunuh oleh seorang anak muda yang menjadi pengikutnya.
Relevansi karya sastra tersebut dengan kehidupan kita di masa kini adalah banyak pemimpin kita yang akhlaknya bobrok. Mulai dari kebohongan-kebohongan, penyelewengan-penyelewengan, korupsi, hingga kebijakan-kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat. Bahkan kekalahan Wak Katok oleh pemuda dapat kita analogikan sebagai salah satu bentuk dari kekalahan rezim Soeharto dalam realitanya pada masa sekarang.
Novel Harimau! Harimau! mengajak kita untuk merenungi arti pemimpin yang sebenarnya dan penghentian pe-mitos-an terhadap seorang pemimpin.
c. Pertentangan antara golongan tua dengan golongan muda yang terjadi antara sastrawan Angkatan tua (Angkatan sebelum ‘45) dengan Angkatan muda (Angkatan ‘45). Angkatan ’45 menginginkan sastra Indonesia menjadi bagian sastra dunia yang universal, artinya tidak hanya menjadi konsumsi bangsa Indonesia saja, tetapi juga dapat dinikmati oleh masyarakat dunia. Sehingga mereka melakukan perombakan berupa pernyataan yang terkandung dalam Surat Kepercayaan Gelanggang yang juga merupakan konsepsi Angkatan ’45.
Dalam kehidupan saat ini juga ditemukan pertentangan antara kaum tua dan kaum muda. Biasanya yang dipertentangkan adalah masalah budaya. Contoh yang membuktikan hal tersebut terlihat dalam novel karya Putu Wijaya, Putri. Novel itu membahas pertentangan antara dua golongan yang mempertahankan adat lama dengan bentuk baru yang dibawa dan diperkenalkan oleh golongan muda.



17-12-2011
ibaliano noveembra

continue reading

Jumat, 16 Desember 2011

Puisi Bahasa Sunda

Ibun Harepan
kamari rundayan katineung rek dipalerkeun
bongan mawa eurih
nu ngageuri kana ati
ngabudalkeun kingkin
jeung rambisakna rasa

tadi,
ku naon salira ngaririhan deui
mawa ibun sanajan sakeclak
nu nyirungan deui katineung
nu ngahaja rek disinglar

duh gamparan,
guligahna rasa
hamo bisa disidem deui..


 Bulan ngalimba
sanajan bulan tumunggal
caangna mah bati nu hegar
bangun nu teu ngemu tunggara

sanajan bulan nyorangan
teu risi ngambah sagara peuting
nganti bentang nu baris marengan
nganteur nyorang simpena peuting
nepi ka balebat nyampeur
nyinglarkeun kahieum ati


 Ayeuna
Jeujeur harupat tuluy ngipisan
indung suku tuturut peot
awak jadi budak
waragad teu walakaya

geuning teu di kawit teu di pungkas
kokojayan dina lantaran
sebrot hareudang hiliwir angin
ngalengkah numut sarangenge

los kaditu los kadieu
ngarenghap tuluy hah heh hoh
mmm, ngajerit diudag seuri
Nya ayeuna mah ayeuna...


 Mapag Ramadhan
estu manusa di na hirupna
taya ieuh nu sampurna
pinuh cidra reujeung dosa
campelak di na polah katut basa

poe ieu bulan sya'ban rengse kalakon
ayeuna urang papag bulan romadhon

bageakeun ku rupaning ibadah
mangpaatkeun pikeun muhasabah
dikawit ku wening ati herang manah
neda hampura na pikeun sakur laku lampah

wilujeng ngalaksanakeun shaum romadhon


 Hirup

Hirup teh cita-cita
ngudag-ngudag mangsa jeung rasa
Hirup teh tunggara
upama tresna kalid sulaya
Hirup teh seuneu
nu ngaduruk lulurung sukma
Hirup teh ibadah
rela ihlas ngumawula

Hirup teh aci-acining:
Bagja!


16-12-2011
ibaliano noveembra


continue reading

Puisi Bahasa Sunda

Cekidot Puisi Bahasa Sunda :
Tos kageugeut hate eneng ku Aa
Moal peugatku katresna sagede gunung
kanyaah, kadeudeuh eneng
moal endag kuangin topan
moal luntur kahujanan
moal putus tina titingalian hate
gurat seuneu patingburisat di langit luhureun panyalindungan
langit ceudeum katutupan mega nu ngagulung nyiliksik asup kana hate ngalimpudan rasa na jero dada
hawar-hawar sora hariring melengking
ngurilingan peuting nurihan hate nu keur rungsing
hiliwir angin peuting mawa talatah liwat kalakay
cenah manehna ayeuna keur tunggara
euh aya naon atuh AA
caritakeun katunggara teh
dinu hate pangjerona ngan sahiji nu abadi
najan deukeut, atawa jauh tapi leungeun hatemah aya dinu dada
Nu ieu mah kenging ceu Chye Retty Isnendes
Hirup
Hirup teh cita-cita
ngudag-ngudag mangsa jeung rasa
Hirup teh tunggara
upama tresna kalid sulaya
Hirup teh seuneu
nu ngaduruk lulurung sukma
Hirup teh ibadah
rela ihlas ngumawula
Hirup teh aci-acining:
Bagja!
Teuteup jeung Imut – puisi bahasa sunda
Lebah pertelon pasosore aya teuteup jeung imut
Teuteup nu matak nembus jajantung
Imut nu ngelet matak nyeredet kana hate
Di lebah dinya rasa sono patepung deui
Lebah pertelon silih teuteup ku ka deudeuh
Lebah pertelon silih baledog imut ka asih
Lebah pertelon silih patarema kaanyaah
Lebah pertelon silih mantengkeun katresna
Lebah pertelon teuteup jeung imut anjeung matri dina ati
Teuteup jeung imut nu eta moal bisa ditepungan deui
Geus kalimpudan ku waktu
Teuteup jeung imut nu eta geus ngancik dina ati
Anu moal bisa leungit deui
Kanggo Salira – puisi bahasa sunda
jungjunan
wengi ieu karaos pisan sonona..
beuki lami..
beuki dieu..
unggal usik
unggal malik..
duh..
geuningan rindat salira nu karaos..
..
aya anu gumuruh dina lebet dada ..
tos lami teu kedal..
mung ukur dibuni-buni..
disimpen dinu pangnyingkurna..
geuning ayeuna..
..
kuring bagja pisan
anu karaos teh endah..
duh..
iraha atuh tepang..
iraha atuh nyarandekeun kadeudeuh ka salira..
ngaraoskeun seungitna cinta ti salira..
ngaraoskeun cai soca anu lungsur bakatku bagja..
ngaraos bungahna..
basa gugah teh geuning aya salira
bari neutuep geugeut..sono..deudeuh.. nyaah..tresna..
kasono teh ngan ukur kagungan salira.
..
salam sono sareng katresna..
Mapag romadhon
estu manusa di na hirupna
taya ieuh nu sampurna
pinuh cidra reujeung dosa
campelak di na polah katut basa
poe ieu bulan sya’ban rengse kalakon
ayeuna urang papag bulan romadhon
bageakeun ku rupaning ibadah
mangpaatkeun pikeun muhasabah
dikawit ku wening ati herang manah
neda hampura na pikeun sakur laku lampah
wilujeng ngalaksanakeun shaum romadhon
Katresna Kanggo Salira
jungjunan…
kacinta
katresna
kadeudeuh
kanyaah
kasono
kaheman
ka salira…
beuki…. muka….
lawang katresna ka salira… beuki muka
panto ka sono kasalira beuki… molongo
jandela ka kanyaah beuki muka
Ibun harepan
kamari rundayan katineung rek dipalerkeun
bongan mawa eurih
nu ngageuri kana ati
ngabudalkeun kingkin
jeung rambisakna rasa
tadi,
ku naon salira ngaririhan deui
mawa ibun sanajan sakeclak
nu nyirungan deui katineung
nu ngahaja rek disinglar
duh gamparan,
guligahna rasa
hamo bisa disidem deui..
Dina Impenan
Jungjunan…
unggal dinten ..
nu diantosan wartos salira
nu diimpen mung salira
sanaos tara nyarios dina impenan..
mung ukur gumujeng bari ningalikeun..
deudeuh pisan..
duh..
jungjunan
..
tapi geuningan nyata..
salira geuning nyaah pisan..
deudeuh pisan..
tresna pisan..
ah..
kuring bade teras gugah..
bade nguping wartos ti salira
bade merhatoskeun salira..
bade nyiar impenan anu katunda..
..
duh..
pamugi leres..
ieu teh bakal wujud..
masing teu terang iraha waktosna..
iraha jantena
duka atuh..
meni hese..
..
kabungah teh geuning aya hahalangna..

   
16-12-2011
ibaliano noveembra

continue reading